Taktis, Dynamic Duo Asal Cibinong Kembali Hadir Lewat Maxi-singleTerbarunya Bertajuk “Membelalak, Gelap & Menyalak”.

Setelah sempat membangun reputasi lewat dua EP sebelumnya yang berjudul Surprise (2022) dan Enjoy (2023), duo punk-rock asal Cibinong, Taktis, kembali hadir dengan format yang sedikit berbeda namun tetap penuh ledakan: sebuah maxi-single berjudul Membelalak, Gelap & Menyalak. Dirilis pada 25 April 2025, rilisan ini berisi tiga track yang padat, tegas, dan jauh lebih konfrontatif—baik dari sisi musikal maupun tematik.

Jika dua rilisan sebelumnya lebih universal dan dari produksi penuh efek reverb serta delay yang membalut vokal—maka Membelalak, Gelap & Menyalak menjadi penanda kembalinya Taktis ke akar, ke bahasa ibu, dan ke energi yang lebih mentah. Ini bukan sekadar perubahan bahasa, tetapi sebuah langkah tematik dan artistik yang memperjelas niat mereka: menyampaikan pesan yang lebih tajam dan terasa langsung di dada.

Dalam rilisan ini, Arief (vokal/bass) dan Luthfi (drum) tidak berputar-putar. Mereka langsung menghantam lewat suara-suara yang liar dan lirik-lirik yang menggigit. Lagu-lagu dalam maxi-single ini membicarakan satu tema utama: kegelisahan terhadap orang-orang yang sok tahu, penuh omong kosong, merasa lebih tinggi dari yang lain, dan lupa bahwa hidup bersama butuh saling menghargai. Taktis menyuarakan kelelahan kolektif kita terhadap ego dan sikap pongah yang makin sering berseliweran di kehidupan sosial.

Dari sisi produksi, Membelalak, Gelap & Menyalak adalah lompatan besar. Dikerjakan di Plug Studio Home dan dimixing-mastering oleh Yoga Ghafara (Tabraklari), tiga lagu ini terdengar jauh lebih padat dan hidup dibanding rilisan sebelumnya. Bass yang digarap Arief tidak hanya menjadi fondasi ritmis, tetapi juga menjelma menjadi instrumen utama yang menggeram dan mengaum tanpa kompromi. Distorsi bass yang kasar dan “berisik” menjadi lapisan pertama yang langsung menyambut telinga, sebelum akhirnya dipecahkan oleh pukulan drum Luthfi yang agresif, dinamis, dan tidak pernah kehilangan tenaga.

Vokal dalam rilisan ini pun tampil lebih dominan dan lugas. Tanpa banyak efek, suara Arief dibiarkan lebih “naked” dan natural—sesuatu yang memberikan kesan lebih jujur dan tanpa basa-basi. Tidak hanya sekadar menyanyi, Arief seperti sedang berteriak dari ruang pribadi yang penuh amarah dan frustrasi, menjadikan setiap bait terasa seperti perlawanan yang ditujukan langsung kepada si pembual.

Artwork dari rilisan ini dikerjakan oleh Gilang A. Sukmawijaya (Aliensteel), dan seperti musiknya, desain visualnya tetap terkesan unik, tidak terlepas dari identitas taktis sampai sejauh ini.

Tiga lagu yang ditawarkan dalam maxi-single ini tidak hanya menjadi bahan bakar pogo dan stage-dive di panggung kecil, tapi juga menjadi medium pelepasan emosi bagi para pendengar yang lelah dengan dinamika sosial yang toksik. Ketiganya dapat dinikmati di berbagai platform musik digital dan sangat layak menjadi teman pendengar dalam momen frustrasi atau kemarahan yang butuh dilepaskan secara sehat.

Mari kita simak Bersama!

Post Views: 175